Tuesday, July 28, 2020

Sukses D-100, Pertamina Siap Produksi Green Energy

Setelah berhasil memproduksi Green Diesel (D-100) melalui pengolahan 100% minyak kelapa sawit, PT Pertamina (Persero) terus bergerak maju dan siap untuk menghasilkan energi hijau lainnya, seperti Green Bensin dan Green Avtur dari kilang domestik di tahun-tahun mendatang.

CEO Pertamina Nicke Widyawati menjelaskan bahwa Pertamina memiliki tugas dan peran penting untuk melaksanakan mandat pemerintah untuk menjaga keamanan energi nasional, untuk alasan ini, Pertamina terus memberikan inovasi yang dapat memiliki luas berdampak pada bangsa dan negara Indonesia.

Langkah ini sejalan dengan kepemimpinan Presiden Joko Widodo, yang menekankan pentingnya memproduksi biofuel menggunakan sumber daya alam nasional untuk memperkuat ketahanan energi, kemandirian, dan kedaulatan energi nasional.

"Pertamina mengucapkan terima kasih atas dukungan pemerintah dan semua pihak di Pertamina untuk terus mengembangkan energi hijau seperti B30 dan B50 dan D-100. Pertamina telah menyelesaikan persiapan kilang dan katalis merah putih, yang akan diikuti oleh studi ekonomi, ”kata Nicke di sela-sela kunjungan ke fasilitas pemrosesan RBDPO di kilang Dumai di Riau, Rabu. (15/07).

Dalam kunjungan ke kilang Dumai, wakil direktur kilang internasional PT Pertamina, Budi Santoso Syarif, mengatakan bahwa selain Green Diesel, Pertamina juga mengembangkan biofuel berbasis minyak bumi lainnya, yaitu Green Bensin dan Avtur Hijau.

“Untuk bensin hijau, Pertamina telah melakukan tes sejak 2018, 2019 dan 2020 di kilang Plaju dan Cilacap. Namun, tes hanya mampu memproses 20% minyak sawit RBDPO. Minyak sawit di Green Avtur akan berlangsung pada akhir tahun 2020 juga di kilang Cilacap, ”katanya.

Menurut Budi, meskipun percobaan Green Gasoline yang dilakukan oleh Pertamina hanya dapat mengolah minyak kelapa sawit sebesar 20%, ini adalah yang pertama di dunia yang mempertimbangkan bahwa pemrosesan minyak sawit di Green Gasoline memiliki tidak pernah dilakukan pada skala operasional. .

“Transformasi minyak sawit menjadi diesel hijau juga telah dilakukan oleh beberapa perusahaan lain di seluruh dunia, tetapi transformasi minyak sawit menjadi bensin hijau belum pernah dilakukan di dunia dan Pertamina adalah yang pertama karena sampai sekarang masih terbatas pada skala laboratorium untuk penelitian ”, lanjut Budi. Dexlite

Selain Dumai, Pertamina juga akan membangun biorefinery independen di Cilacap dengan kapasitas 6.000 barel per hari dan biorefinery independen di Plaju dengan kapasitas 20.000 barel per hari. Dua biorefineries independen suatu hari nanti akan dapat memproduksi Green Diesel dan Green Avtur dengan minyak nabati 100% sebagai bahan baku.

Budi menambahkan, dengan tantangan ke depan, Pertamina tidak hanya akan mengembangkan energi hijau dari CPO atau minyak kelapa sawit, tetapi juga sumber daya lain seperti rumput laut, gandum, sorgum, dll. Pertamina akan terus menggunakan semua sumber daya alam nasional untuk mendukung kemandirian nasional dan kedaulatan energi.

Saat ini, lanjut Budi, Pertamina terus berupaya mengoptimalkan sumber daya yang ada di Indonesia dengan mengoptimalkan pasar domestik yang ada, karena jumlahnya cukup besar. Pengolahan minyak sawit menjadi bahan bakar memiliki TKDN yang sangat tinggi (total konten internal) dan berpotensi mengurangi defisit transaksi negara, karena minyak sawit adalah bahan baku domestik yang transaksi-transaksinya dilakukan di rupee. dan, oleh karena itu, akan berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi nasional. Pertamina dex

Seperti diketahui, Pertamina telah menggunakan FAME untuk program biodiesel sejak 2006 dan hingga 2017, selama 11 tahun penyerapan FAME mencapai 9,2 juta KL. Pada 2018, Pertamina mengimplementasikan program B20 di mana penyerapan FAME sebesar 3,2 juta KL dicampur di 69 lokasi. Berkat program B30, pada tahun 2019 penyerapan FAME akan meningkat tajam sebesar 5,5 juta KL dan pada tahun 2020 diperkirakan akan meningkat menjadi 8,38 juta KL.

Implementasi program B20 dan B30 pada tahun 2019 memungkinkan negara untuk menghemat Rp 43,8 miliar dalam mata uang asing dan pada tahun 2020, Pertamina melaporkan penghematan mata uang sebesar Rp 63,4 triliun dengan penyerapan pekerjaan untuk 1,2 juta orang.

“Seiring waktu, ada kecenderungan untuk beralih ke penggunaan bahan bakar, yang awalnya merupakan bahan bakar fosil yang perlahan-lahan beralih ke bahan bakar terbarukan. Pola kepuasan dengan energi dalam negeri juga telah berubah, bergeser dari yang sebelumnya mengandalkan pasokan asing ke pasokan domestik. Untuk alasan ini, kita harus terus bekerja untuk memaksimalkan pemberdayaan dan pengelolaan sumber daya lokal yang kita miliki, ”pungkas Budi.

No comments:

Post a Comment